
baliprov.org, Pemerintah Provinsi Bali secara resmi membuka Pekan Iklim Bali 2025 pada Senin, 6 Oktober 2025. Acara tahunan ini menjadi momentum penting bagi Bali dalam memperkuat komitmen menuju pembangunan berkelanjutan dan berketahanan iklim. Melalui kolaborasi lintas sektor, kegiatan ini menegaskan posisi Bali sebagai pelopor aksi iklim daerah di Indonesia.
Fokus pada Transisi Energi dan Aksi Kolektif
Dalam sambutannya, Wakil Gubernur Bali menyampaikan bahwa Pekan Iklim 2025 bukan sekadar seremonial, melainkan ajang untuk mengintegrasikan aksi nyata pengurangan emisi dengan kebijakan daerah. Pemerintah daerah menargetkan percepatan transisi energi menuju sumber terbarukan seperti tenaga surya dan biomassa.
Acara ini mengusung tema “Bali Bersatu untuk Iklim dan Energi Bersih”, dengan rangkaian kegiatan meliputi diskusi kebijakan, pameran inovasi energi bersih, serta peluncuran program adaptasi berbasis komunitas. Tema tersebut menggambarkan urgensi aksi kolektif lintas sektor — mulai dari pemerintah, pelaku usaha, akademisi, hingga masyarakat adat — dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin nyata.
Dukungan Nasional dan Internasional
Pekan Iklim Bali 2025 mendapat dukungan penuh dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), serta partisipasi lembaga internasional seperti UNDP dan Asian Development Bank (ADB). Kolaborasi ini diharapkan memperkuat kapasitas daerah dalam merancang strategi mitigasi dan adaptasi berbasis data ilmiah serta kearifan lokal.
Perwakilan UNDP Indonesia, dalam pidatonya, menekankan bahwa Bali memiliki potensi besar untuk menjadi model transisi hijau di Asia Tenggara, berkat keseimbangan antara budaya, pariwisata, dan lingkungan. Dukungan ini diwujudkan melalui berbagai program pendanaan hijau dan transfer teknologi ramah lingkungan.
Dampak Langsung terhadap Masyarakat Bali
Selain berfokus pada kebijakan, Pekan Iklim Bali 2025 juga menyoroti peran masyarakat dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Berbagai komunitas lokal, terutama dari wilayah pesisir dan perdesaan, menampilkan inovasi seperti pengelolaan sampah berbasis sirkular, penggunaan energi surya untuk kegiatan ekonomi kreatif, serta sistem pertanian organik yang tahan terhadap perubahan cuaca ekstrem.
Program “Desa Iklim Tangguh Bali (DITB)” menjadi salah satu sorotan utama tahun ini. Melalui program tersebut, 50 desa di Bali menerima pendampingan teknis untuk mengembangkan strategi mitigasi berbasis potensi lokal seperti penanaman pohon, konservasi air, dan pengelolaan karbon biru di wilayah pesisir.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meski progres Bali dalam upaya penurunan emisi cukup signifikan, sejumlah tantangan masih dihadapi, terutama dalam sektor transportasi dan pengelolaan limbah. Pemerintah daerah menilai perlu adanya regulasi yang lebih tegas dan partisipasi aktif pelaku industri pariwisata dalam mengurangi jejak karbon.
Namun demikian, Pekan Iklim Bali 2025 memberikan harapan baru bahwa kerja sama lintas sektor dapat menciptakan solusi nyata. Dengan dukungan teknologi, pendanaan hijau, dan kearifan lokal, Bali diyakini mampu mencapai target Bali Net Zero 2045, sepuluh tahun lebih cepat dari target nasional.
Menuju Masa Depan Berkelanjutan
Pekan Iklim Bali 2025 menjadi simbol komitmen kuat masyarakat Bali terhadap bumi dan generasi masa depan. Melalui langkah-langkah konkret seperti konservasi, inovasi energi, dan perubahan perilaku, pulau ini terus menegaskan identitasnya sebagai pusat spiritual sekaligus pelopor gerakan hijau di Indonesia.
Dengan semangat gotong royong dan nilai-nilai budaya yang menjunjung keseimbangan alam, Bali tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga menyiapkan warisan lingkungan yang lestari bagi dunia.
Untuk berita seputar Bali dan informasi penting lainnya kunjungi Berita Bali