baliprov.org, DENPASAR – Belakangan ini, Lonjakan Kejahatan di Bali menarik perhatian publik dan pejabat setempat. Pasalnya, sejak pasca-COVID, Bali mengalami perubahan wajah pariwisata yang berdampak signifikan pada keamanan dan citra daerah.
Demografi Wisatawan Bergeser
Sejak 2023, terjadi peningkatan kunjungan turis asing jangka panjang, terutama digital nomad dan backpacker low-budget. Akibatnya, villa-villa ilegal pun menjamur di pedesaan. Menurut politisi lokal, kedatangan turis beranggaran rendah “menurunkan kualitas wisatawan” serta membebani infrastruktur tanpa kontrol yang memadai. Bahkan, ratusan vila dibangun di Munggu hanya untuk wisatawan asing, menggusur lahan pertanian dan menurunkan tingkat keamanan lingkungan.
Data Terkini: Peningkatan Kasus Kriminal
Di samping itu, Polda Bali mencatat lonjakan signifikan kasus kriminal yang melibatkan WNA:
- 2022: 59 kasus
- 2023: 60 kasus
- 2024: 133 kasus (kenaikan drastis)
- Jan–Jun 2025: 108 kasus, termasuk 176 insiden gangguan ketertiban umum.
Angka ini meliputi berbagai kejahatan: mulai dari penembakan, perampokan bersenjata, narkoba, kejahatan dunia maya seperti crypto-fraud, hingga penyalahgunaan visa.
Kasus Penembakan di Munggu
Puncaknya terjadi pada 14 Juni 2025, saat seorang turis asal Australia, ZR (32), ditembak mati di vila Munggu, sementara SG (30) lainnya terluka. Investigasi awal menunjukkan tindakan terencana berbau profesional, terbukti dari pergantian kendaraan pelaku dan pelarian mereka ke luar negeri.
Tak lama setelah itu, tiga pelaku berkewarganegaraan Australia — PMT, MC, dan JDF — berhasil ditangkap dalam 48 jam. Dua orang ditangkap di Australia dan satu di Jakarta saat hendak melarikan diri.
Aksi Kejahatan Terorganisir
Lebih jauh lagi, kriminolog Universitas Indonesia, Adrianus Meliala, menyoroti fase pembentukan sindikat kriminal asing yang menguasai properti hingga bisnis, bahkan dilengkapi senjata dan “milisi” kecil. Hal ini semakin dikuatkan oleh penemuan lab narkoba dan operasi kejahatan siber berbasis pulau .
Respons Otoritas Bali
Sebagai respons, Pemda Bali dan kepolisian mengambil langkah tegas:
- Pemerintah provinsi mengeluarkan Surat Edaran #7 Tahun 2025, mempercepat proses deportasi turis nakal. Sebanyak 128 WNA dideportasi pada kuartal pertama 2025.
- Gubernur Bali Wayan Koster menegaskan pendekatan “no mercy” terhadap pelanggaran hukum dan norma lokal.
- Polda Bali memperkuat patroli keamanan di lokasi turis padat seperti Kuta, Seminyak, dan Canggu — termasuk membentuk “Anti-Thug Team” untuk mencegah perampokan dan gangguan publik.
- Kerja sama dengan Interpol juga ditingkatkan, guna menyaring awal WNA sebelum memasuki pulau Bali .
Arah Kebijakan “Quality Tourism”
Kesimpulannya, otoritas Bali kini memasang strategi jangka panjang:
- Seleksi visa turis lebih ketat, dengan pengecekan latar belakang dan penolakan bagi pemegang red notice.
- Peningkatan kemampuan aparat setempat melalui pelatihan dan kolaborasi lintas negara.
- Revitalisasi pariwisata berbasis kualitas: menahan pembangunan villa ilegal, memprioritaskan wisata yang menghargai budaya dan lingkungan, serta menjaga citra Bali sebagai destinasi aman dan eksklusif.
Baca Juga: WNA Perampok Money Changer di Kuta, Modus Menyamar sebagai Interpol
Untuk berita terbaru seputar Bali dan informasi penting lainnya kunjungi Berita Bali
About the Author
