
baliprov.org – Baru-baru ini, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali merilis data mengejutkan: lulusan diploma ke atas, termasuk perguruan tinggi, mencatat tingkat pengangguran tertinggi dibanding kelompok lainnya. Dengan demikian, segmen ini menjadi penyumbang terbesar pengangguran di Bali.
Menurut BPS Bali, per Februari 2025, tingkat pengangguran terbuka (TPT) bagi lulusan diploma dan sarjana mencapai 2,91 persen, jauh lebih tinggi daripada rata-rata keseluruhan yang sebesar 1,58 persen. Justru, mereka dengan pendidikan SMP ke bawah hanya memiliki TPT sebesar 0,61 persen.
Saat dibandingkan dengan Agustus 2024, hanya lulusan diploma ke atas yang menunjukkan kenaikan TPT—sementara kelompok lain malah mencatat penurunan. Hal ini memperkuat fakta bahwa pengangguran di Bali kini banyak berasal dari kalangan terdidik.
Secara keseluruhan, jumlah pengangguran di Bali per Februari 2025 sebanyak 43.130 orang, turun dari 50.680 orang setahun sebelumnya. Meskipun secara umum membaik, kenyataannya lulusan perguruan tinggi justru menjadi kelompok paling rentan dalam lapangan kerja.
Beberapa pengamat memandang fenomena ini sebagai akibat dari ketidaksesuaian kurikulum pendidikan tinggi dengan kebutuhan dunia kerja. Misalnya, lulusan sarjana sering kekurangan keterampilan praktis—padahal industri menuntut sertifikasi professional dan keahlian teknis. Sehingga meskipun memiliki ijazah perguruan tinggi, mereka belum tentu siap untuk langsung bekerja.
Menanggapi situasi ini, Kepala Disnaker dan ESDM Bali, Ida Bagus Setiawan, menyampaikan bahwa Pemprov telah menyediakan program pelatihan siap kerja dan vokasi. Selain itu, Bursa Kerja Khusus online maupun luring sedang digalakkan, dengan tujuan agar pengangguran di Bali dari lulusan tinggi bisa segera terserap pasar tenaga kerja.
Meski persentase lulusan tinggi di antara tenaga kerja masih relatif kecil (sekitar 13–19 persen), tingginya TPT pada kelompok ini menunjukkan bahwa pasokan tenaga terdidik melebihi permintaan di lapangan. Oleh karena itu, pemerintah dan perguruan tinggi diharapkan berkolaborasi: menyelaraskan kurikulum, meningkatkan pelatihan berbasis kebutuhan industri, dan memperkuat link-and-match dengan dunia usaha.
Baca juga: Operasi Patuh Agung 2025 Dimulai di Bali
Untuk berita seputar Bali dan informasi penting lainnya kunjungi Berita Bali